Pembina Tahfizh evaluasi buku setoran hafalan santri

Media Asgar Center – Buku setoran hafalan yang digunakan santri tahfizh di Pondok Pesantren As’adiyah Galung Beru kini menjadi sorotan positif. Pasalnya, buku kecil yang sering dianggap sepele itu ternyata memegang peran penting sebagai alat kontrol, bukti capaian, dan penguat integritas pembinaan tahfizh.

Ketua Lembaga Tahfizh, Jusman Imam, menegaskan bahwa buku setoran hafalan bukan sekadar lembar catatan hafalan, tetapi merupakan dokumen autentik yang tak bisa direkayasa, Ahad (2/10/2025).

“Buku setoran menjadi saksi perjalanan hafalan setiap santri. Tidak ada ruang manipulasi di situ. Apa yang tercatat adalah apa yang benar-benar disetorkan,” ujarnya tegas.

Lebih jauh, sistem ini membangun komunikasi tiga arah antara pembina, santri, dan orang tua. Orang tua dapat memantau perkembangan hafalan anaknya secara langsung melalui buku tersebut tanpa perlu bertanya panjang lebar.

“Kalau orang tua ingin tahu sejauh mana kondisi hafalan anaknya, cukup lihat buku setoran. Itu bukti transparan. Tidak bisa lagi ada alasan ‘katanya sudah setor’ tapi tanpa catatan,” tambahnya.

Buku setoran juga menjadi bentuk akuntabilitas dalam pembinaan tahfizh. Ia memastikan bahwa capaian hafalan santri diukur secara objektif dan terdokumentasi dengan rapi. Dengan demikian, pembina, santri, dan orang tua sama-sama terlibat aktif dalam proses menjaga kualitas hafalan.

“Jadi buku setoran ini adalah bukti kemampuan daya tangkap otak masing-masing santri. Kami tahu persis kemampuan santri, 24 jam bersama kami siang malam. Kami mohon kerjasama orangtua dirumah mendoakan anaknya agar diberi kemudahan tanpa menuntut banyak kepada anaknya sebab jangan sampai jadi beban, biarkan mereka menjawab dengan proses yang dia jalani,” tegas Imam.

Sementara itu, Ketua Yayasan Pondok Pesantren As’adiyah Galung Beru, KM. Rusli Rahman, S.Fil.I., M.Pd., turut mengapresiasi langkah pembina dalam memperkuat sistem dokumentasi tahfizh.

“Apa yang dilakukan pembina tahfizh ini justru menjadi pondasi integritas. Buku setoran menciptakan budaya jujur, tertib, dan bertanggung jawab,” tuturnya.

Di tengah tantangan pembinaan generasi Qurani, pesantren ini terus memperkuat budaya data dan transparansi sebagai bagian dari tanggung jawab moral terhadap pembinaan Al-Qur’an dan amanah pendidikan.